Sistem pendidikan Al-Ghazali sangat dipengaruhi luasnya ilmu pengetahuan yang dikuasainya, sehingga dijuluki filosof yang ahli tasawuf (Failasuf al-Mutasawwifin) Dua corak ilmu yang telah terpadu dalam dirinya itu kemudian turut mempengaruhi formulasi komponen-komponen dalam sistem pendidikannya. Ciri khas sistem pendidikannya al-Ghazali sebenarnya terletak pada pengajaran moral religious dengan tanpa mengabaikan urusan dunia.
- Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqorrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Sebab jika tujuan pendidikan diarahkan selain untuk mendekaykan diri kepada Allah, akan menyebabkan kesesatan dan kemudharatan.
Al-Ghazali berkata: “hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah, dan menghubungkan diri dengan para malaikat yang tinggi dan bergaul dengan alam arwah, itu semua adalah keberasan, pengaruh penerintahan bagi raja-raja dan penghormatan secara naluri”
Rumusan tujuan pendidikan didasarkan kepada firman Allah SWT, tentang tujuan penciptaan manusia yaitu:
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56).
Menurut al-Ghazali, pendekatan diri kepada Allah merupakan tujuan pendidikan. Orang dapat mendekatkan diri kepada Allah hanya setelah memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu tidak akan diperoleh kecuali melalui pengajaran.
Kesimpulan tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali dapat diklasifikasikan kedalam beberapa point berikut:
- Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah.
- Menggali dan mengambangkan potensi atau fitrah manusia.
- Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
- Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
- Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang manisiawi
- Kurikulum Pendidikan
Kurikulum dimaksudkan disini adalah kurikulum dalam arti sempit, yaitu seperangkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pandangan Al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dipahami dari pandangan mengenai Ilmu Pengetahuan.
Kurikulum pendidikan yang disusun al-ghazali sesuai pandangannya mengenai tujuan pendidikan yakni mendekatkan diri kepada Allah yang merupakan tolak ukur manusia. Untuk menuju kesana diperlukan ilmu pengetahuan. Mengurai kurikulum pendidikan menurut al-ghazali, ada dua hal yang menarik bagi kita. Pertama, pengklasifikasian terhadap ilmu pengetahuan yang sangat terperinci dalam segala aspek yang terkait dengannya. Kedua, pemikiran tentang manusia dengan segala potensi yang dibawanya sejak lahir.
- Faktor Pendidikan
a. Pendidik
Dalam proses pembelajaran, Al-Ghazali berpandangan bahwa Pendidik merupakan suatu keharusan. Eksistensi pendidik merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan prosesi pendidikan.
Dalam hal ini al-ghozali berkata: “makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia. Sedangkan yang paling mulia penampilanya ialah kalbunya. Guru atau pengajar selalu menyempurnakan, mengagungkan dan mensucikan kalbu itu serta menuntutnya untuk dekat kepada Allah”. Dia juga berkata; “seseorang yang berilmu dan kemuudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang dinamakn oranbg besar dibawah kolong
langit ini. Ia bagai matahari yang menyinari orang lain, sedangkan ia sendiri pun bercahaya. Ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia sendiri pun harum.“
b. Peserta Didik
Al-ghazali berkata: “Seorang pelajar hendaknya tidak menyobongkan diri dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya. Tetapi menyerah sepenuhnya kepada gurudengan keyakinan kepada segala nasihatnya sebagaimana seoorang sakit yang bodoh yakin kepada dokter yang ahli dan berpengalaman. Seharusnya seorang pelajar itu tunduk kepada gurunya, mengaharap pahala dan kemuliaan dengan tunduk kepadanya.”
Ramayulis dalam bukunya “Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam” [19] menyebutkan beberapa sikap peserta didik yang harus diaplikasikan, diantaranya; pertama, peserta didik arus bersikap memuliakan pendidik dan rendah hati serta tidak takabbur. Kedua, peserta didik harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya. Sebagai satu bangunan, maka peserta didik harus saling menyayangi, tolong menolong sesama. Ketiga, peserta didik harus menjauhkan diri dari membaca mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam pikiran. Dan keempat, peserta didik tidak hanya mempelajari satu ilmu pengetahuan saja, tapi semua jenis ilmu pengetahuan yang bermanfaat harus dipelajari.
- Metode dan Media
Metode dan media yang dipergunakan menurut Al-Ghazali harus dilihat secara psikologis, sosiologis, maupun pragmatis dalam rangka keberhasilan proses pembelajaran. Metode pengajaran tidak boleh monoton, demikian pula media atau alat pengajarannya. Perihal kedua masalah ini, banyak sekali pandapat Al-Ghazali tentang metode dan metode pengajaran. Misalnya menggunakan metode mujahadah dan riyadhlah, pendidikan praktek kedisiplinan, pembiasaan dan penyajian dalil nagli dan aqli, serta bimbingan dan nasehat. Sedangkan media/alat digunakan dalam pengajaran. Beliau menyetujui adanya pujian (reward) dan hukuman (punishment), di samping keharusan menciptakan kondisi yang mendukung terwujudnya akhlak yang mulia (kondusif).
- Proses Pembelajaran
Al-Ghazali mengajukan konsep integrasi antara materi, metode dan media atau alat pengajarannya. Seluruh komponen tersebut harus diupayakan semaksimal mungkin, sehinggga dapat menumbuhkembangkan segala potensi fitrah anak, baik dalam hal usia, intelegensi, maupun minat dan bakatnya. Jangan sampai anak diberi materi materi pengajaran yang justru merusak akidah dan akhlaknya. Anak yang dalam kondisi taraf akalnya belum matang, hendaknya diberi materi pengajaran yang dapat mengarahkan kepada akhlak yang mulia. Adapun ilmu yang paling baik diberikan pada tahap pertama ialah ilmu agama dan syariat, terutama al-Qur’an.
0 Response to "Pemikiran pendidikan Islam menurut Al-Ghazali"
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog tentang tugas sekolah ini, silahkan tuliskan komentar